sajak seorang
perempuan dan ia yang sedang bermimpi
perempuan dan ia yang sedang bermimpi
awan merapat ke
lengan senja, langit merintihkan hujan. tetesnya luruh mengiring jenak tidurmu.
aku di sini, di sudut lengang kamarmu, menatap gigir punggung bercerita tentang
repih letih, gebu rindu, dan kelindan kenang. sedang rima jantung melagu hal
hikayat cinta tak berkata. dan aku bertanya:
lengan senja, langit merintihkan hujan. tetesnya luruh mengiring jenak tidurmu.
aku di sini, di sudut lengang kamarmu, menatap gigir punggung bercerita tentang
repih letih, gebu rindu, dan kelindan kenang. sedang rima jantung melagu hal
hikayat cinta tak berkata. dan aku bertanya:
”hadirkah aku dalam mimpimu?”
tahukan engkau?
rahimku tak sanggup melahirkan sepotong sajak sejak kepergianmu, tersisisip
getir pada sendi nyeri, terlolosi belulang yang mengerang, dan terputus saraf
hingga jemari tak kuasa menari bersanding pena. kini, lelap wajahmu menyadarkan
otot tertidur. jemari tak sabar melenggak bersama rerupa huruf dibawah sinar
rembulan.
rahimku tak sanggup melahirkan sepotong sajak sejak kepergianmu, tersisisip
getir pada sendi nyeri, terlolosi belulang yang mengerang, dan terputus saraf
hingga jemari tak kuasa menari bersanding pena. kini, lelap wajahmu menyadarkan
otot tertidur. jemari tak sabar melenggak bersama rerupa huruf dibawah sinar
rembulan.
Dalam tidurmu,
kubisikkan harap:
kubisikkan harap:
”masihkah kau di sana ketika aku mengejarmu ke pulau
mimpi?”
mimpi?”
pengumben, 10 mei
2009
2009
Leave a Reply