“Mbak, kamu mau ke Jakarta ya? Udah naik mobil aja ya kasihan cucu papa (grandpa).”
Ehm, kalimat tersebut bisa dibilang hampir selalu terucap dari ayahku setiap kali aku sekeluarga mau pergi ke Jakarta, entah itu untuk menengok mertua, mengantar aku ke suatu event blogger, atau hanya sekadar main saja. Kalau kalimat itu sudah terucap, sulitlah kami mengelak untuk tidak naik mobil. Well, bukannya aku tidak mau naik mobil (toh mas suami ganteng yang menyetir, aku mah tinggal duduk manis aja), tetapi membayangkan kemacetan yang akan kami alami di perjalanan saja sudah cukup bikin nyali kami ciut.
Yup, hal yang paling menakutkan bagi kami kalau ke Jakarta naik mobil adalah kemacetannya. Tidak salah kalau Jakarta memang selalu identik dengan macet. Berdasarkan data dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPT) pada tahun 2016, jumlah kendaraan dari Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang masuk ke Jakarta mencapai angka 1,4 juta/hari.
Akibat kemacetan di Jakarta ini, kerugian secara ekonomi yang timbul mencapai angka fantastis, Rp 28,1 triliun per tahun! Kok bisa ya kerugiannya sampai sedemikian besar? Iya dong, coba saja hitung gaji seorang karyawan yang dipotong karena terlambat masuk. Kalau diakumulasikan dalam setahun tentunya lumayan besar. Bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi baik mobil atau motor, pasti pengeluaran untuk bensin dan perawatan juga membengkak. Dan masih ada lagi kerugian waktu yang nilainya tidak terhitung. Selain kerugian ekonomi, kemacetan juga menimbulkan dampak psikologis bagi masyarakat. Mulai dari stress sampai depresi bisa muncul pada mereka yang setiap harinya berkutat dengan kemacetan. Nggak heran deh kalau banyak yang sumbunya pendek dan siap meledak di jalanan Jakarta.
Kemacetan ini juga berdampak pada keharmonisan keluarga lho. Akibat kemacetan, banyak orang tua yang pulang larut malam dan kurang atau bahkan tidak memiliki waktu sama sekali untuk berinteraksi dengan anak. Banyak suami yang kelelahan karena macet sehingga tidak ada waktu ngobrol manja bersama istri. Hidup pun jadi kurang bahagia. Inilah yang disorot dalam acara Blogger Gathering bersama LRT City pada hari Senin, 14 Agustus 2017 di JCC Senayan Hall A, Indonesia Properti Expo 2017. Acara yang menghadirkan psikolog kondang Tika Bisono dan lifestyle blogger Nuniek Tirta Ardianto membahas tentang dampak kemacetan dan pentingnya quality time untuk hidup lebih bahagia.
Menurut psikolog yang suka bicara blak-blakan ini, manusia kini lebih banyak menghabiskan waktu di jalan dibandingkan di rumah karena terjebak kemacetan. Meskipun aku tidak tinggal di Jakarta, tetapi aku tahu gimana nggak enaknya terjebak kemacetan karena setiap hari Senin aku mengajar di salah satu perguruan tinggi yang berada di bilangan Cipete yang macetnya aduhai. Setiap hari Senin, aku harus mulai siap-siap dari jam 4 pagi (menyiapkan bekal anak-anak dan makan siang dan malam) dan berangkat jam 6 kurang agar bisa sampai di kampus sebelum jam 8. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 1,5 jam padahal aku diantar menggunakan motor. Tidak usah ditanya, tentu saja badan dan bokong pegal luar biasa.
Tika Bisono, pembicara dalam Blogger Gathering bersama LRT City |
Biasanya aku meninggalkan rumah dengan berat hati, bagaimana tidak karena ketika aku berangkat ke Jakarta anak-anak masih tertidur lelap dan aku tidak bisa bercengkrama walau hanya sebentar saja. Tetapi mau bagaimana? Nggak mungkin juga kan bolos mengajar karena pingin main sama anak. Akhirnya cuma bisa mewek aja deh sepanjang perjalanan. Ujung-ujungnya bad mood sepanjang hari.
Ini juga yang dibahas oleh Tika Bisono dalam acara Blogger Gathering bersama LRT City. Beliau mengatakan bahwa kemacetan tidak hanya membuat orang stress tetapi juga membuat quality time bersama keluarga menjadi berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. Padahal menghabiskan waktu bersama keluarga itu sangat penting dalam menjaga keharmonisan keluarga. Jadi, quality time with family is a must yaa. Pokoknya harga mati! Aku sendiri menyiasati quality time ini dengan cara selalu makan pagi bersama anak dan suami dimana kami biasanya saling berbagi cerita sambil memberikan nilai-nilai moral pada anak. Selain itu aku dan suami sering mengajak anak untuk mengerjakan pekerjaan rumah bersama-sama (misalnya aku menyetrika baju dan si kecil membantu mengambil baju yang akan disetrika, mas suami suka mengajak anak menyikat garasi dan menyiram tanaman). Di malam hari, kami membacakan cerita kepada anak-anak sebelum tidur. Jadi, quality time itu nggak melulu harus jalan-jalan kok.
Nuniek Tirta, Lifestyle Blogger yang ikut hadir dalam Blogger Gathering bersama LRT City |
Selain quality time bersama keluarga, setiap individu juga perlu memiliki waktu untuk dirinya sendiri alias me time. Mbak Nuniek Tirta, lifestyle blogger yang juga seorang ibu, pada acara ini menyampaikan kalau me time yang dia lakukan adalah melipir ke café favorit, mematikan koneksi internet dan membaca buku. Hampir sama seperti mbak Nuniek, saat me time aku pun juga dihabiskan dengan membaca buku dan ditambah dengan bereksperimen dengan makeup di rumah. Wajah jadi cantik, mood pun jadi happy. Oya mbak Nuniek juga berpesan agar menjauhi gadget saat sedang me time dan quality time.
Tika Bisono juga menambahkan bahwa intervensi lingkungan itu penting karena lingkungan yang diintervensi secara positif akan memengaruhi individu yang berada di lingkungan itu. Ngomongin tentang intervensi lingkungan, tentu saja tidak lepas dari peran pemerintah yang terus berusaha mencari solusi untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Salah satu langkah strategis yang diambil pemerintah adalah dengan membangun sistem transportasi masal yang diharapkan bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mengurai kemacetan. Tidak hanya sekadar mengembangkan transportasi masal, Jakarta sebagai kota metropolitan juga memerlukan kawasan yang dikembangkan dengan konsep Transit Oriented Development (TOD). Dengan konsep yang mengedepankan Connect, Compact, Transit, Mix, Shift, Walk, Densify, dan Cycle, kawasan TOD akan menjadi solusi baru masyarakat Jakarta untuk kenyamanan bertempat tinggal.
Salah satu moda transportasi masal yang sedang dibangun adalah LRT (Light Rail Transit) yang diharapkan bisa mengubah kehidupan masyarakat Jakarta yang saat ini lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, menjadi menggunakan transportasi umum. Dengan total jarak 81,6 km, LRT ini nantinya akan menghubungkan Jakarta, Depok, Bekasi, dan Bogor secara cepat dan bebas macet. Bocoran aja nih, ketika LRT ini beroperasi, Bekasi Timur-Cawang bisa ditempuh dalam waktu hanya 20 menit aja lho.
Guna mengatasi masalah kemacetan di Jakarta dan sekitarnya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. atau ADHI melalui Departemen Transit Oriented Development (TOD) & Hotel mengembangkan LRT City, yaitu kawasan hunian dan komersial yang terintegrasi dan terkoneksi langsung dengan sistem transportasi masal LRT Jabodebek. Dengan begini, jarak antara hunian dengan stasiun LRT hanya nol kilometer saja. Jadi, begitu turun dari LRT, we are already at home. Nggak perlu lagi tuh naik kendaraan lain, asyik ya.
Mas Setya Adji Pramana selaku Project Manager Eastern Green, salah satu project LRT yang terletak di Bekasi juga mengatakan dengan hunian yang berjarak #nolkm ini, masyarakat Jakarta bisa memiliki hidup yang lebih berkualitas karena terbebas dari problem kemacetan yang semakin parah. Jadi, waktu yang sebelumnya terbuang di jalan karena macet bisa dimanfaatkan untuk me time dan quality time bersama keluarga.
Beberapa proyek LRT City yang sedang dikembangkan PT Adhi Karya (Persero) Tbk antara lain:
- LRT City Sentul – Royal Sentul Park, berhenti di stasiun LRT Sentul
- LRT City Bekasi – Eastern Green, berhenti di stasiun LRT akhir Bekasi Timur
- LRT City Jaticempaka – Gateway Park, berhenti di stasiun LRT Jaticempaka
- LRT City Ciracas – Urban Signature, berhenti di stasiun LRT Ciracas
- LRT City MT Haryono, berhenti di stasiun LRT Cikoko
Semua proyek LRT City ini akan memiliki fasilitas yang komplit mulai dari jaringan prasarana pejalan kaki dan sepeda, taman bermain, retail, dan masih banyak lagi untuk kenyamanan penghuninya. Penasaran dan ingin tahu lebih jauh tentang LRT City? Langsung aja mampir ke Indonesia Properti Expo di JCC Senayan Hall A 11-20 Agustus 2017.
Semoga dengan adanya LRT City ini, Jakarta terbebas dari kemacetan dan masyarakat Jakarta bisa memiliki waktu untuk me time dan quality time untuk hidup yang lebih bahagia. Aamin!
Thanks for reading!
Tetty Hermawati says
Aku mau lah ini, solusi bangetttt. Jakarta naik mobil udah ga bisa gerak. Skrg aku milih naik krl sm ojek.
Dewi Nuryanti says
Jakarta ini macetnya luar biasa. Bagus bgt klo ada hunian yg terintegrasi dgn sarana transportasi umum yg nyaman dan bebas macet.
Rach Alida Bahaweres says
Nasibnya mba Tya sama nih kayak aku. Hahhaa. Berangkat pagi pagi banget agar bisa tiba d kantor tepat waktu. Asik baget kalau ada solusi hunian yang bebas macet. Aih, jadi pengen punya hunian seperti itu mba
Ade ufi says
Hahaha.. papanya mba tya sama dgn papaku. Disuruh nge grab aja dr rmh. Duuh ga deh tua dijalan. Tapi klo ke stasiun naik turun. Emang solusi bgt ya kalau ada apartment yg nyambung ke transportasi umum gitu. Serasa lrt nya punya sendiri ^_^
Nurul Dwi Larasati says
Macet khasnya Jakarta ya..Tapi udah ada solusinya dari LRT City.Semoga menjadi kota yang lebih baik dalam transportasi dan lainnya
Shine Fikri says
duh, nungguin banget ni LRT jadi. hayuklah kapan jadinya, saya tunggu dengan antusias. semoga ga ada kendala, aammiin..
Maria Soraya says
1,4 juta kendaraan per hari ? pantesan asa lieur klo lagi event trus terjebak macet jakarta
enak tinggal di lrtcity, hidup lebih sehat pastinya
Leyla Hana says
Mudah2an segera terwujud ya biar Jakarta gak macet lagi.
Nunu Halimi says
Aku yakin Jakarta bakal lebih maju dengan ada nya LRT, karena waktu masyarakatnya nggak habis di jalan, jadi bisa lebih produktif..
dongeng naura says
Asyiknyaaa kalo berumah di tempat yg 'dekat'kemana2
April Hamsa says
Semoga LRT ini lekas selesai dan bener2 bisa mengurai kemacetan ya mbak. Apartemennya menarik, nabung dulu deh biar bisa beli hehe TFS infonya 😀
Hendrik Friedheim says
Thanks very nice blog! yahoo sign in