Sebagai beauty lover and makeup enthusiast, terkadang aku suka feeling guilty setiap kali aku menggunakan kapas, tisu, dan pembalut,. Kebayang dong berapa banyak sampah yang dihasilkan setiap harinya untuk membersihkan wajah aku? Itulah sebabnya di tahun 2020 ini, salah satu resolusiku adalah beralih ke produk zero waste untuk kecantikan yang tentu saja lebih ramah lingkungan dan minim sampah.
Reusable cotton pads, kapas kain cuci ulang
Di tahun 2016 aku pernah membuat tulisan membersihkan wajah menggunakan handuk microfiber. Sempat rutin membersihkan wajah pakai handuk ini sampai akhirnya berhenti karena capek perawatannya. Padahal membersihkan wajah pakai handuk itu efektif dan mengurangi sampah kapas. Karena alasan kepraktisan (dan mager), aku kembali menggunakan kapas.
Di tahun 2019, produk kapas cuci ulang alias reusable cotton pad mulai booming. Aku pun beralih ke produk ini dan langsung jatuh cinta. Bentuknya mungil dan mudah dibersihkan. Eh terus keingetan sama si handuk microfiber yang dulu aku pakai itu. Kalau dipikir-pikir, konsepnya sama aja. Bedanya hanya di ukurannya saja. Hehehe.
Anyway, saat ini aku pakai reusable cotton pads dari dua merek, Baby Oz dan @wayto.zerowaste. Dari keduanya aku paling suka sama Baby Oz karena lebih lembut. Oya, selain untuk membersihkan makeup, kapas reusable juga aku pakai untuk mengaplikasikan toner.
Menstrual cup, zero waste product pengganti pembalut
Berawal dari racun adik ipar yang pakai menstrual cup, aku pun memutuskan untuk mencobanya. Ada beberapa alasan kenapa aku beralih ke menstrual cup.
- Pertama, tentu saja untuk mengurangi sampah pembalut sekali pakai (yang dalam satu hari bisa ganti sampai 4x).
- Kedua, aku tuh selalu iritasi setiap kali menggunakan pembalut. Mau pakai merek paling mahal pun tetap saja iritasi (mungkin karena faktor badanku yang gemuk juga). Yang bikin sebal, haidnya sudah selesai eeeh iritasinya masih berlanjut.
- Ketiga, selalu ada drama pembalut bocor di masa haid. Padahal aku sudah pakai yang bersayap lebar, panjang dan segala proteksi lainnya, tapi tetap aja bocor. Hadeeh.
Saat menggunakan menstrual cup, semua masalahku teratasi! Ternyata se-simple itu solusinya. Rasanya tuh bahagia. Haid tidak lagi menjadi masa yang penuh ketegangan plus aku bisa tenang karena tidak lagi menjadi kontributor sampah pembalut di bumi.
Masih banyak yang ingin aku share tentang penggunaan menstrual cup ini, tapi mungkin dibuat tulisan terpisah aja kali ya?
Menstrual pad
Saat ini kehamilanku sudah memasuki trimester ketiga. Aku mulai galau soal nifas karena nggak mungkin kan habis lahiran terus pakai menstrual cup? Aku tidak se-brave itu dan kayaknya memang menstrual cup tidak diperuntukkan untuk ibu nifas.
Terus gimana dong? Masa selama 40 hari aku jadi penyumbang sampah pembalut lagi? Dan tahu sendiri deh darah nifas itu biasanya lebih banyak dibandingkan darah haid. Setelah googling sana-sini, akhirnya aku memutuskan untuk membeli menstrual pad.
Menstrual pad ini fungsi dan bentuknya sama persis seperti pembalut sekali pakai. Bedanya hanya menstrual pad bisa dicuci dan dipakai lagi. Hampir semua menstrual pad memiliki sayap (wings) yang berfungsi agar pembalut tidak bergeser saat dipakai. Yang menarik dari menstrual pad adalah motifnya yang lucuk! Mulai dari motif bunga, abstrak, sampai karakter pun ada.
Menstrual pad ini fungsi dan bentuknya sama persis seperti pembalut sekali pakai. Bedanya hanya menstrual pad bisa dicuci dan dipakai lagi.
Sampai tulisan ini di-publish, aku belum menggunakan menstrual pad (iya lah, bayinya aja belum launching). Tetapi aku sudah mulai mengumpulkan menstrual pad untuk stok saat nifas nanti. Ada beberapa merek yang aku beli seperti Baby Oz (yup, merek yang juga mengeluarkan reusable cotton pad), Azza, Sakina, dan beberapa merek lokal lainnya.
Semoga nanti saat nifas aku bisa review lebih lengkap untuk menstrual pad ini yaa.
Loofah (gambas), produk zero waste pengganti sponge
Aku pertama kali kenal loofah di tahun 2009. Saat itu aku masih newlywed dan tinggal di rumah mertua. Nah, almarhumah ibu mertua kalau mandi pakai loofah (beliau bilangnya gambas). Beliau ambil gambas ini dari pohon yang tumbuh di dekat kompleks. Jadi memang benar-benar alami. Selama tinggal di sana, aku ikutan mandi pakai gambas ini.
Bulan lalu, bath sponge di rumah sudah tidak layak pakai lagi karena jaringnya mulai sobek. Biasanya aku membeli bath sponge The Body Shop atau Guardian. Cuma karena lagi pandemi begini mau tidak mau harus beli online ya. Pas lagi browsing di salah satu e-commerce, eh ada rekomendasi loofah untuk mandi. Jadi flashback deh ketika aku dulu mandi pakai gambas. So, tanpa pikir panjang langsung saja kubeli si loofah.
Loofah/gambas ini kalau mau dipakai harus dibasahi terlebih dahulu. Cara pakainya ya seperti pakai bath sponge saja. Tinggal tuangkan sabun mandi lalu remas sedikit untuk menghasilkan busa. Busa yang dihasilkan tentu saja tidak sebanyak kalau menggunakan bath sponge. Tetapi fungsinya tetap sama kok, bisa membersihkan tubuh secara maksimal.
Cara pakainya ya seperti pakai bath sponge saja. Tinggal tuangkan sabun mandi lalu remas sedikit untuk menghasilkan busa.
Oya, loofah ini masa pakainya cukup lama dan yang lebih penting adalah kalau dibuang tentu saja tidak menambah sampah plastik. Loofah juga multifungsi, bisa dipakai untuk spons cuci piring juga lho.
***
Itu dia beberapa produk zero waste yang aku gunakan dalam rutinitas kecantikan. Aku tahu ini masih belum seberapa dibandingkan sampah yang dihasilkan oleh aku, tetapi setidaknya aku mulai bisa meminimalisir. Small steps can lead to big changes, right?
How about you? Apakah sudah mulai menerapkan gaya hidup zero waste dan beralih ke produk kecantikan yang lebih ramah lingkungan? Kira-kira produk zero waste untuk kecantikan apa lagi ya yang ramah lingkungan dan minim sampah? Share di kolom komentar yuk.
Zikra says
Aku pakai mens pad juga,, tapi bagusnya pakai pas volumenya dikit,, kalau mens cup aku belum berani,hehehe
Atisatya Arifin says
Aku malah baru nanti pas nifas mau cobain pake mens pad. Makanya nih masih meraba2 butuh berapa banyak, apalagi darah nifas kan pasti banyak. Kalau pas volumenya banyak biasanya pake apa kak?
Demia says
Aku pake reuseable cotton pads, jadi lrbih hemat juga karna ga haris beli kapas yaa, kalo menstual cup aku belum braniii
Atisatya Arifin says
Toss kak, reusable cotton pads ini bener-bener hemat dan ngurangin sampah yaa.
Caroline Adenan says
Iya aku setuju Tya, kalau kita bisa pakai yang zero waste jadi lebih enak ya gak nyampah. Tp sampai sekarang aku msh belum bisa pakai yg menstrual cup nih, masih agak aneh menurutku.
Kalo yg sponge aku udah berganti yang model handuk atau cotton pad kali ya? Pokoke yg bisa dicucilah 🙂
Atisatya Arifin says
Hehehe, ayok beranikan diri pakai mens cup. Pakai mens cup itu nyaman banget. Kalau sponge aku ada juga yang model handuk gitu, cuma suka ngerasa busanya nggak sebanyak kalau pakai si loofah ini. Buat aku pribadi sih nggak masalah. Cuma bocah2 itu lhoo kadang pake sabunnya jadi boros kalau nggak ada busa.
andiyani achmad says
belum cobain menstrual cup meski ada keinginan kuat hanya takut pas pasangnya aja heheh.. tapi kalo udah terbiasa mah nyaman-nyaman aja kali ya
Atisatya Arifin says
Kalau udah sekali nyoba, pasti nggak akan mau beralih ke yang lain mbak Aie. Sumpah itu mens cup penyelamat banget sih. Awalnya mungkin agak aneh, terutama kalau masangnya nggak pas. Tapi kalau udah biasa mah duh nyaman banget.
Mei Daema says
wah bagus juga ya konsepnya untuk beberapa barang kecantikan bisa direplace sama ini, aku ga kepikiran kayak beli spons yang bisa dicuci, bagus mba idenya untuk menjaga lingkungan dari hal-hal kecil seperti ini, good idea. Gpp Mba mari kita semangat, mba udah bagus loh sudah memulai dari hal kecil, aku mau coba ikutin juga dong konsep zero waste dalam kecantikan ini
Atisatya Arifin says
Iya kak, ini baru sebagian kecil. Kepinginnya sih bisa 100% zero waste cuma sayangnya memang banyak brand yang juga belum aware soal ini.
winda - dajourneys.com says
aku juga lagi coba mengurang2in sampah seperti ini nih Tya, tapi belum berani cobain menstrual cup hehee
Atisatya Arifin says
Kenapa belum berani ci? Seriusan deh mesti cobain. Mungkin awalnya rada aneh, tapi kalau udah biasa beneran nyaman lho.
Suciarti Wahyuningtyas (Chichie) says
Ah aku ingin sekali seperti dirimu kak Tya, aku sebenarnya sudah beli itu si menstrual cup tapi masih belum berani pakainya. Padahal sudah sengaja gak stok pembalut di rumah lagi, biar bisa langsung pakai menstrual cupnya. Semoga ku bisa bulan ini beralih ke menstrual cup.
Atisatya Arifin says
Ayo atuh mbak, jangan dianggurin itu menscup-nya. Semangaat! Jangan lupa share pengalamannya pakai menscup ya mbak.
Helena Magdalena says
Aku udh dr thn kemaren mau coba menstrual cup. Tp maju mundur krn blm pede. Menstrual pad aja dulu deh wlwkw
Atisatya Arifin says
Hehehe, iya memang butuh kesiapan mental sih untuk pakai menscup walaupun aman. Kalau menspad-nya udah pakai kak? Gimana reviewnya setelah pakai menspad?
Larasati Neisia says
Waah resolusinya sama. Kak Tya keren udah memberanikan diri buat nyoba macam-macam. Aku kemarin baru beli pembalut + kapas reusable aja. Dan itu pun belum aku pakai karena belum tanggal haid. Hehe. Jujur nih aku nggak berani nyoba menstrual cup, sampai sempat nanya-nanya ke temenku yang udah kebiasa pakai rasanya kayak apa.
Atisatya Arifin says
Semangaat kak Nesa! Mulai dari hal-hal kecil dulu yang penting sudah bantu mengurangi sampah. Ayo atuh dicoba menstrual cup-nyaa.
lendyagasshi says
Aku pengen banget beralih ke Menstrual Cup, tapi…belum ada keberanian.
Harusnya siih…aman-aman aja yaa…hehehe…uda beranak ini.
Atisatya Arifin says
Ayo mbak ikutan pakai menstrual cup. Dijamin lebih nyaman deh.
Uniek Kaswarganti says
Mba, kalau loofah gitu kita bikin sendiri dari gambas belanjaan kita sehari-hari bisa nggak sih? Tertarik juga nih untuk mempraktekkan zero waste dalam kehidupan.
Atisatya Arifin says
Nah kalau ini aku kurang tahu mbak, apakah gambasnya dari jenis yang sama dengan yang biasa buat masak. Kalau aku lihat sih sama aja, cuma yang untuk dijadikan loofaah emang harus yang tua dan kering di pohon. Jadi kalau pakai gambas yang beli di kang sayur nggak bisa.
nyi Penengah Dewanti says
looafah ini dulu simbahku sering make aku ga tau apaan itu awalnya hehehe
kalo udah nikah tapi belum punya anak aman juga ga make menscup ini mba Tya?
Atisatya Arifin says
Iya aman kok mbak, yuk dicoba.
Irra says
Baru pertama kali lihat loofah, rasanya kayak sponge biasa? Unik juga ya, bener-bener alami..
Atisatya Arifin says
Iya kaya sponge biasa aja kak. Malah lebih enak sih berasa lebih bersih di kulit.
duniamasak says
dari dulu pengen banget coba menstrual cup tapi masih mengumpulkan keberanian untuk pakai alat tersebut :’)